Hy Genius!

Hy Genius!
Welcome to My Blog :)

Search

Diberdayakan oleh Blogger.
Selasa, 07 Januari 2014
B
anyak orang ikut-ikutan dalam melakukan suatu hal yang masalahnya tidak diketahui secara jelas. Setiap perbuatan yang kita lakukan wajib kita pahami dan pikirkan dengan kritis, apakah hal tersebut benar atau salah berdasarkan ketentuan hukum negara maupun agama. Jadi setiap tindakan yang kita lakukan haruslah berdasarkan pada pengertian dan kesadaran yang benar menurut ketentuan hukum negara dan agama. Bilamana suatu tindakan yang hendak kita lakukan itu ternyata tidak kita mengerti seluk beluknya atau dasar kebenarannya, maka kita tidak boleh melakukannya.
 
Belajar Mandiri Sejak Dini
Belajar Mandiri Sejak Dini
           Tuhan telah mengaruniakan kepada kita mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan akal untuk berpikir. Ketiga macam indra tersebut harus kita pergunakan untuk menguji benar salahnya suatu hal yang hendak kita lakukan. Tegasnya bila kita hendak berbicara tentang suatu hal atau melakukan suatu tindakan, hal tersebut harus benar-benar berdasarkan ilmu. Barang siapa melakukan suatu tindakan hanya sekedar membeo orang lain atau mengatakan sesuatu semata-mata ikut-ikutan orang lain maka tindakan semacam itu adalah keliru.

            Sebagai orang tua hendaklah menanamkan sikap kritis pada diri putra putrinya. Mereka dibiasakan untuk mengetahui dasar dan argumentasi dari tindakan yang hendak dilakukannya atau perkataan yang hendak diucapkannya agar mereka tidak menjadi orang yang membeo kepada orang lain.
            Bila mana orang tua mendapati anaknya melakukan sesuatu hal yang menurut orang tua kurang jelas dasar pilihannya itu, hendaknya si anak di panggil dan di tanyai tentang pilihannya itu. Orang tua harus mengetahui apakah anak melakukan hal tersebut didasarkan pada kesadaran dan pemikiran yang matang ataukah sekedar bergaya atau ikut-ikutan orang lain. Misalnya :
a.       Dalam hal memilih sekolah kepada mereka haruslah ditanyakan alasan menetapkan pilihan sekolahnya itu. Tujuan orang tua menanyai alasan anaknya dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh sikap kritis anak dalam menetapkan pilihan sekolah. Orang tua harus mengetahui apakah mereka menetapkan pilihan karena ikut-ikutan atau pertimbangan pemikiran yang bertanggung jawab. Jika ternyata anak tidak dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka orang tua hendaknya membantu anaknya mendapatkan pertimbangan yang rasional. Misalnya anak memilih sekolah tersebut dengan alasan teman-temannya semua juga memilih sekolah ini. Sikap anak semacam ini tidak boleh dibiarkan oleh orang tua, sebab anak tidak memiliki pendirian sendiri. Sikap ikut-ikutan teman, barangkali kelak dapat merugikan anak itu sendiri karena sikap teman-temannya yang rusak kemungkinan akan diikutinya juga. Karena itu ketika orang tua mendapati tindakan anak-anaknya sekedar ikut-ikutan teman, hendaknya segera mengoreksi kesalahan anak dan mengajaknya berpikir mempertimbangkan pilihannya itu.
b.      Anak mengambil les pelajaran di lembaga kursus tertentu. Pilihan anak ini hendaklah diuji kebenarannya oleh orang tua, agar anak terbiasa berpikir kritis dan matang sebelum mengambil keputusan. Jika ternyata anak tidak dapat memberikan alasan dan pertimbangan yang rasional, maka hendaknya orang tua menyadarkannya akan kekeliruan sikap dan keputusannya. Misalnya anak mengambil les pelajaran di lembaga kursus A karena ingin bergaya bersama teman-temannya atau karena popularitas lembaga tersebut, jika ternyata anak memberikan jawaban bahwa kebanyakan teman-temannya mengambil les di lembaga A tersebut, maka orang tua dapat mengoreksi keputusan anaknya yang tidak bertanggung jawab itu.

Banyak hal yang harus orang tua sikapi dengan kritis tentang tindakan dan perilaku anaknya agar mereka selalu menggunakan pertimbangan dan pikirannya yang sehat sebelum mengambil suatu tindakan. Contohnya dalam adat berpakaian. Anak-anak hendaknya selalu dididik untuk bersikap kritis tentang kesopanan berpakaian, sehingga dalam memilih model pakaian tidak mudah larut dalam arus yang menyalahi syariat agama. Misalnya, remaja putri bercelana pendek, potongan rambut cepak dan berbaju dengan sedikit memperlihatkan pusarnya. Adat berpakaian semacam ini bagi remaja putri tidaklah dapat dibenarkan. Ketika menyaksikan remaja putri berpakaian demikian orang tua haruslah mengajaknya menganalisa mode berpakaian semacam itu dari sisi agama dan kesopanan sehingga anak-anak tidak menjadi korban ikut-ikutan mode. Tujuan menanamkan sikap kritis pada anak adalah agar mereka kelak memiliki sikap teguh pendirian dalam menghadapi gelombang kehidupan yang setiap kali menyeret orang tua pada ketidakbaikan. Dikala masyarakat dilanda kerusakan moral dan hidup egois, anak-anak yang berpikir kritis akan dapat menjauhkan diri dari bencana semacam itu bahkan ia dapat menyelamatkan orang lain dari hal-hal yang negatif. Anak-anak yang bersikap kritis besar kemungkinan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi orang tua dan keluarga pada saat orang tua menghadapi kesulitan dan kebingungan.
            Selain sikap kritis sebagai orang tua hendaklah mengarahkan putra putrinya untuk bersikap mandiri. Mandiri berarti melakukan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuannya, memenuhi kebutuhan makan dan minum dari hasil kerjanya sendiri dan tidak meminta-minta kepada orang lain. Saat ini cara meminta-minta pada orang lain justru dilakukan dengan canggih. Mereka melakukannya dengan sangat halus, tertata rapi dan bahkan terorganisir. Kasus meminta-minta banyak pula ditemui pada anak-anak. Misalnya seorang anak melihat temannya menikmati eskrim yang lezat. Dia sendiri anak orang miskin. Seleranya mendorong dia untuk menikmati eskrim itu. Anak ini tidak mampu mengendalikan seleranya sehingga mengambil jalan pintas dengan meminta. Karena itu, dia datang kepada temannya lalu memintanya. Mungkin sekali temannya itu baik hati sehingga mau memberikan eskrim kepadanya. Sebaliknya mungkin pula temannya itu batil ia tidak mau memberikan sedikitpun sehingga menjadikan anak tersebut sedih dan kecewa bahkan marah dan merebutnya yang akhirnya terjadilah perkelahian.
            Dalam hal meminta-minta banyak kita temukan kebiasaan ditengah masyarakat yang secara tidak disadari menyuburkan mental tersebut pada diri anak. Sebagai orang tua kita harus mengarahkan anak-anak agar jangan sekali-kali dibisiki untuk meminta sesuatu kepada orang lain sekalipun kepada keluarga dekat. Larangan ini dimaksudkan sebagai upaya preventif supaya kelak anak-anak tidak terbiasa dengan mental meminta-minta. Begitu juga bila anak meminta sesuatu yang mahal kepada orang tuanya, orang tua hendaknya menyuruh dia agar melakukan pekerjaan tertentu lebih dulu, barulah permintaan tersebut dipenuhi. Untuk mendidik anak-anak memiliki rasa malu meminta-minta, sudah tentu orang tua pun harus memberikan contoh yang jelas. Banyak orang tua yang secara tidak sadar mempraktikannya. Ketika mereka mengalami sedikit kekurangan mereka bingung, lalu datang kepada saudaranya atau kerabatnya untuk meminta-minta. Hal semacam ini sangat tidak baik pengaruhnya bagi diri anak-anak kita.

            Perilaku orang tua yang suka meminta-minta memberikan contoh rasa tidak malu kepada anak-anaknya. Karena itu tidaklah heran kalau dikemudian hari anak-anaknya tidak puas lagi sekedar menjadi peminta-minta  akan tetapi meningkat menjadi pemeras.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Post

Translate

Arsip Blog

Blog Visitor