B
|
anyak orang
ikut-ikutan dalam melakukan suatu hal yang masalahnya tidak diketahui secara
jelas. Setiap perbuatan yang kita lakukan wajib kita pahami dan pikirkan dengan
kritis, apakah hal tersebut benar atau salah berdasarkan ketentuan hukum negara
maupun agama. Jadi setiap tindakan yang kita lakukan haruslah berdasarkan pada
pengertian dan kesadaran yang benar menurut ketentuan hukum negara dan agama.
Bilamana suatu tindakan yang hendak kita lakukan itu ternyata tidak kita
mengerti seluk beluknya atau dasar kebenarannya, maka kita tidak boleh melakukannya.
Belajar Mandiri Sejak Dini |
Sebagai orang tua hendaklah
menanamkan sikap kritis pada diri putra putrinya. Mereka dibiasakan untuk
mengetahui dasar dan argumentasi dari tindakan yang hendak dilakukannya atau
perkataan yang hendak diucapkannya agar mereka tidak menjadi orang yang membeo
kepada orang lain.
Bila mana orang tua mendapati
anaknya melakukan sesuatu hal yang menurut orang tua kurang jelas dasar
pilihannya itu, hendaknya si anak di panggil dan di tanyai tentang pilihannya
itu. Orang tua harus mengetahui apakah anak melakukan hal tersebut didasarkan
pada kesadaran dan pemikiran yang matang ataukah sekedar bergaya atau
ikut-ikutan orang lain. Misalnya :
a. Dalam hal memilih sekolah kepada mereka haruslah
ditanyakan alasan menetapkan pilihan sekolahnya itu. Tujuan orang tua menanyai
alasan anaknya dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh sikap kritis anak
dalam menetapkan pilihan sekolah. Orang tua harus mengetahui apakah mereka
menetapkan pilihan karena ikut-ikutan atau pertimbangan pemikiran yang bertanggung
jawab. Jika ternyata anak tidak dapat memberikan alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan, maka orang tua hendaknya membantu anaknya mendapatkan
pertimbangan yang rasional. Misalnya anak memilih sekolah tersebut dengan
alasan teman-temannya semua juga memilih sekolah ini. Sikap anak semacam ini
tidak boleh dibiarkan oleh orang tua, sebab anak tidak memiliki pendirian
sendiri. Sikap ikut-ikutan teman, barangkali kelak dapat merugikan anak itu
sendiri karena sikap teman-temannya yang rusak kemungkinan akan diikutinya
juga. Karena itu ketika orang tua mendapati tindakan anak-anaknya sekedar
ikut-ikutan teman, hendaknya segera mengoreksi kesalahan anak dan mengajaknya
berpikir mempertimbangkan pilihannya itu.
b. Anak mengambil les pelajaran di lembaga kursus tertentu.
Pilihan anak ini hendaklah diuji kebenarannya oleh orang tua, agar anak
terbiasa berpikir kritis dan matang sebelum mengambil keputusan. Jika ternyata
anak tidak dapat memberikan alasan dan pertimbangan yang rasional, maka
hendaknya orang tua menyadarkannya akan kekeliruan sikap dan keputusannya.
Misalnya anak mengambil les pelajaran di lembaga kursus A karena ingin bergaya
bersama teman-temannya atau karena popularitas lembaga tersebut, jika ternyata
anak memberikan jawaban bahwa kebanyakan
teman-temannya mengambil les di lembaga A tersebut, maka orang tua dapat
mengoreksi keputusan anaknya yang tidak bertanggung jawab itu.
Banyak
hal yang harus orang tua sikapi dengan kritis tentang tindakan dan perilaku
anaknya agar mereka selalu menggunakan pertimbangan dan pikirannya yang sehat
sebelum mengambil suatu tindakan. Contohnya dalam adat berpakaian. Anak-anak
hendaknya selalu dididik untuk bersikap kritis tentang kesopanan berpakaian,
sehingga dalam memilih model pakaian tidak mudah larut dalam arus yang
menyalahi syariat agama. Misalnya, remaja putri bercelana pendek, potongan
rambut cepak dan berbaju dengan sedikit memperlihatkan pusarnya. Adat
berpakaian semacam ini bagi remaja putri tidaklah dapat dibenarkan. Ketika
menyaksikan remaja putri berpakaian demikian orang tua haruslah mengajaknya
menganalisa mode berpakaian semacam itu dari sisi agama dan kesopanan sehingga
anak-anak tidak menjadi korban ikut-ikutan mode. Tujuan menanamkan sikap kritis
pada anak adalah agar mereka kelak memiliki sikap teguh pendirian dalam
menghadapi gelombang kehidupan yang setiap kali menyeret orang tua pada
ketidakbaikan. Dikala masyarakat dilanda kerusakan moral dan hidup egois,
anak-anak yang berpikir kritis akan dapat menjauhkan diri dari bencana semacam
itu bahkan ia dapat menyelamatkan orang lain dari hal-hal yang negatif.
Anak-anak yang bersikap kritis besar kemungkinan dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang bermanfaat bagi orang tua dan keluarga
pada saat orang tua menghadapi kesulitan dan kebingungan.
Selain sikap kritis sebagai orang
tua hendaklah mengarahkan putra putrinya untuk bersikap mandiri. Mandiri
berarti melakukan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuannya, memenuhi
kebutuhan makan dan minum dari hasil kerjanya sendiri dan tidak meminta-minta
kepada orang lain. Saat ini cara meminta-minta pada orang lain justru dilakukan
dengan canggih. Mereka melakukannya dengan sangat halus, tertata rapi dan
bahkan terorganisir. Kasus meminta-minta banyak pula ditemui pada anak-anak.
Misalnya seorang anak melihat temannya menikmati eskrim yang lezat. Dia sendiri
anak orang miskin. Seleranya mendorong dia untuk menikmati eskrim itu. Anak ini
tidak mampu mengendalikan seleranya sehingga mengambil jalan pintas dengan
meminta. Karena itu, dia datang kepada temannya lalu memintanya. Mungkin sekali
temannya itu baik hati sehingga mau memberikan eskrim kepadanya. Sebaliknya
mungkin pula temannya itu batil ia tidak mau memberikan sedikitpun sehingga
menjadikan anak tersebut sedih dan kecewa bahkan marah dan merebutnya yang
akhirnya terjadilah perkelahian.
Dalam hal meminta-minta banyak kita
temukan kebiasaan ditengah masyarakat yang secara tidak disadari menyuburkan
mental tersebut pada diri anak. Sebagai orang tua kita harus mengarahkan
anak-anak agar jangan sekali-kali dibisiki untuk meminta sesuatu kepada orang
lain sekalipun kepada keluarga dekat. Larangan ini dimaksudkan sebagai upaya
preventif supaya kelak anak-anak tidak terbiasa dengan mental meminta-minta.
Begitu juga bila anak meminta sesuatu yang mahal kepada orang tuanya, orang tua
hendaknya menyuruh dia agar melakukan pekerjaan tertentu lebih dulu, barulah
permintaan tersebut dipenuhi. Untuk mendidik anak-anak memiliki rasa malu
meminta-minta, sudah tentu orang tua pun harus memberikan contoh yang jelas.
Banyak orang tua yang secara tidak sadar mempraktikannya. Ketika mereka mengalami sedikit kekurangan
mereka bingung, lalu datang kepada saudaranya atau kerabatnya untuk
meminta-minta. Hal semacam ini sangat tidak baik pengaruhnya bagi diri
anak-anak kita.
Perilaku orang tua yang suka
meminta-minta memberikan contoh rasa tidak malu kepada anak-anaknya. Karena itu
tidaklah heran kalau dikemudian hari anak-anaknya tidak puas lagi sekedar
menjadi peminta-minta akan tetapi
meningkat menjadi pemeras.
0 komentar:
Posting Komentar